Sering sekali pertanyaan mampir ke Ina, "Gimana status MLM itu? Haramkah?"
Sumber foto : http://gampangumrah.info/yusuf-mansur-haji-dan-umrah-bukan-mimpi/
Seorang penulis buku, menulis buku. Diterbitkan oleh penerbit &
dipasarkan melalui perdagangan yang dikenal umum : Toko Buku. Setelah
buku itu diterbitkan, si penulis buku ini diberitahu, bahwa bukunya
sudah ada di toko-toko buku. Utamanya di toko-toko buku besar. Maenlah
dia ke toko buku besar di kotanya. Apa daya, “sistem” toko buku, tidak
mengenali penulis buku. Ia hanya mengenali pembeli buku. Pembeli yang
“dikenali” pun, hanya yang benar-benar beli & bayar. Yang hanya
liat-liat, apalagi yang buka-buka plastik, malahan ditegor. Jika si toko
buku tidak punya sistem Customer Service yang excellent, maka
benar-benar hanya pembeli yang beli buku, yang niscaya bakal
diwongke. Diwongke tuh maksudnya, diorangkan. Disenyumi, diterimakasihi,
dilayani.
Si penulis melihat-lihat bukunya, membolak-balikin bukunya, senyumnya
berkembang. Alhamdulillaah, buku saya terbit, katanya dalam
hati. Seorang pelayan melihatnya. “Ga jadi beli Pak?” Kata pelayan itu,
sambil berusaha senyum. Jawab si penulis, “Oh engga. Saya yang nulis koq
malahan.” Jawaban si pelayan, “Ooooohhh… Bapak yang nulis…”. Segitu
doang. Benar-benar segitu doang. Ga lebih. Ga ada tawaran teh manis bagi
penulis buku. Sebagai ungkapan terima kasih, sebab dengan izin Allah,
buku-buku penulis lah yang membuat pelayan itu bisa kerja, toko bisa
buka. Tapi itulah. Ga dikenal si penulis itu, oleh sistem jual beli
biasa. Apalagi satu toko yang merasa diperlukan, bukan dia yang
diperlukan.
Beruntung, alhamdulillaah, mayoritas penulis buku, ikhlas. Mereka
menulis untuk Allah. Dan menulis untuk menulis. Tidak berharap lebih.
Episode berikutnya, seorang pembeli. Ini seorang pembeli. Bukan lagi
penulis. Ini pembeli. Ada orang yang membeli buku si penulis tersebut.
Dan ternyata bagus. Dia senang bacanya. Bahkan dia referensikan kepada
yang lain. Dia aja ketika beli, g dpt diskon. Kecuali “seadanya”.
Apalagi ketika “merefrensikan”. Tambah g bakal dapat apa-apa dari
transaksi itu. Memang penulis dapat royalti. Tapi itu dari penerbit.
Dari percetakannya. Bukan dari toko buku. Semakin banyak yang terjual,
akan semakin banyak royalti yg didapat. Tapi ini tetap ga akan sebanding
dengan “pendapatan” toko buku. Penulis biasanya dapat royalti 5-10%
dari harga buku kotor. Sedang toko buku, dapat 40-50%. Agen-agen kecil
bisa dpt 20-30%. Suatu hari, ia bahkan bukan cuma mempromosikan. Tapi
mengajak kawannya ke toko buku besar. “Yuk, saya temenin beli buku
saya…” Sampe di kasir, ia yang nemani, ga beli, berdiri sejajar dengan
kawannya yang pegang buku dan mau bayar. Posisinya, jelas bukan
ngantri. Si penulis buku ini, yang mempromosikan, yang mereferensikan,
bahkan nemani sampe ke kasir, malah ditegor kasir. Apa kata kasir? “Pak,
ngantri ya, maaf.” He he he, disangkanya, nyelang. Padahal nemenin.
Begitulah. Sistem toko biasa, seperti toko buku tidak mengenal
“terima kasih”. Apalagi bagi-bagi bonus, buat yang merefrensikan.
Beda
dengan MLM. Beda dengan Multi Level Marketing. Beda konsep &
prinsip. Dibanding penjualan retail, yang kadang dikuasi grup besar. Dan
dunia retail pun, sudah terkuasai pula oleh segelintir grup besar saja.
Pasar yang demikian banyak, besar, jadi sekedar pasar. Bukan pelaku.
Tidak diajak ikut mencicipi. Seperti kasus penulis dan pembeli yang
merefrensikan tadi.
Sayang, bnyk MLM bodong. Yang memanfaatkan situasi & keadaan.
Padahal sesungguhnya ia MoneyGame. Gak lebih dari sekedar penipu. Kalo
benar ia MLM murni, maka ia akan menguntungkan, menyejahterakan, memberi
manfaat, di semua jenjangnya. Ga ada yang cuma jadi korban. Bahkan,
ketika membernya hanya member, ia akan mendapatkan banyak kemudahan
mendapatkan produk. Dunia MLM banyak cacat dengan kehadiran MLM money
game. Tanpa ikhtiar, tanpa kerja. Hanya rayuan belaka.
Dari contoh hari ini, andai buku tersebut di-MLM-kan, maka kisahnya
ga akan jadi begitu. Tapi syaratnya, ya MLM yg benar. Sebenarnya, MLM
itu sederhana. Pay-out/rabat, yang diberikan ke toko buku tersebut,
misal 40-50% tadi, dijadikan sistem berjenjang. Sekedar merefrensikan
saja, apalagi bisa jadi stokis, jadi agen, maka ia akan dapat bagian
dari rabat yg tadinya “hanya” didapat oleh 1 toko saja. Tentu ada pro
kontra. Dan itu ya wajar saja. Bukan saja awal Ramadhan & Lebaran,
he he he. Di banyak hal, banyak emang perbedaan. Karena itu, saya santai
aja ketika memutuskan mendirikan & mengembangkan MLM e-Miracle. Air
Miracle. Air kesehatan. Ini bukan miracle yang selebaran loh ya. Itu
mah penipuan. Ini saya produksi air kesehatan. Dengan izin Allah, jadi
obat & menjaga kesehatan. Sistem penjualannya, saya bikin
berjenjang, dengan sistem MLM. Saya punya pandangan & dasar prinsip
yang berbeda. It’s not a moneygame.
Maka ketika pula saya munculin MLM lain, yang bergerak di bidang
payment, yakni VSI, saya pun tetap pada pendirian saya. Sekarang, dunia
pembayaran2/payment, listrik, dll., dah keliatan, ditelen pula oleh grup
retail besar. Ga kebagian dah kita mah. Belum lama, ada seorang ustadz
cerita. Dia ngantri di loket kereta api. Bahkan di customer service. Ga
dapat tiket. Disarankan untuk beli di salah 1 toko ritel. Eh, hanya
beberapa menit, dapet. Langsung diprint. Luar biasa. VSI, MLM yg
bergerak di bidang payment. Semua orang bisa jadi agen pembayaran. Hanya
dengan gadget yang dia pegang & punya. Keuntungan yang saya dapat,
dari porsi persentasi yang didapat dari pembayaran-pembayaran tersebut,
itu yang saya MLM-kan. Jadi pendapatan berjenjang.
Baik e-Miracle, maupun VSI, bukan money game. Saya mencoba
menjalankan MLM yg benar, yang lurus, yang ga maen-maen &
bercanda. Sekali lagi, kawan-kawan boleh berbeda pendapat. Fastabiqul
khairat saja. Hasil dari MLM e-Miracle, saya wakafkan 100%. Dan saya
pengen, semua menikmati potensi jualan air & macam-macam produk
kesehatan nantinya. Saya malah berharap, air yang sudah dikuasai asing,
bisa direbut kembali. Kalau besar, e-Miracle saya amanahin untuk
take-over air asing. Balik lagi akhirnya soal niat & proses. Niat
bener, proses bener, kenapa engga? Bener-bener, jangan ampe salah di
niat proses.
Kalo perlu, kecap, garam, cabe/bumbu2, beras, sayur, buah,
di-MLM-kan. Supaya pasarnya ga dikuasai & dikendalikan segelintir
orang. Kembali ke buku, sebagai contoh awal produk. Sesungguhnya,
penulis, bersama pembaca, bisa menikmati juga semua potensi
ekonominya. Yang terjadi, bahkan di penjualan ritel, secara telanjang
mata, dikuasai segelintir orang saja. Indonesia, jadi pekerja besar
saja. Tidak ikut menikmati potensi keuntungan, dan potensi ekonomi.
Bahkan tidak jarang, dunia retail, nginjek2 supplier.
Apalagi bisnis-bisnis yang sekarang ini telanjang diliat oleh mata,
dikuasai benar oleh segelintir saja. Bangsa Indonesia, jadi pekerja
saja. Bikin dah dari hulu ke hilirnya. Mulai dari proses tanam, hingga
jual, MLM punya. Allahu akbar dah kalo emang bener jadi. MLM yang baik,
ga akan nambah beban ke pembeli. Yg di-pay-out-kan, memang keuntungan
yang wajar. Seperti contoh buku tadi, bila dijadikan MLM. Dunia MLM
juga, dunia silaturahim, belajar, mengajar, saling membesarkan. Bukan
antara penjual & pembeli, yang kering tanpa ruh. Selanjutnya MLM
yang baik, coba untuk pelan-pelan bersyariah. Doain, ke depan e-Miracle
& VSI, bersyariah total.
Doain, doain, doain.
Udah, ngaji lagi dah… Ramadhan… Ramadhan… He he… Maaf buat yang kontra ya. Boleh koq. Boleh banget. Yg ga boleh, ribut.
Ada tidak ada MLM, contoh, harga buku, ya segitu. Yang tertera di
toko buku. Ini contoh saja. Maka dengan MLM, rabat untuk toko buku itu
yang diolah. Jangan menggeneralisir MLM yg tipu2, dengan MLM sebagai
konsep marketing, yang saya malah berpikiran sesuai banget. Memberi
kesempatan pada banyak orang. MLM yang kaco itu yang money game, dan
bebelit2 aturan, yang hanya nguntungin pemiliknya saja. Beda dengan
e-Miracle, yang malah wakaf 100%.
Istighfarnya juga digeber. Sadar dah, bahwa saya banyak dosa. Maka
ibarat gunung dosa, saya ketrik/papas, pake istighfar. Biar habis.
Maksudnya, keuntungan MLM e-Miracle. Ini yang diwakafkan, 100%. Dan
secara sistem, ini “sekolah banget”. Komitmen perbaikan diri, sambil
bisnis. Adapun MLM VSI, yang baru, banyak spirit dakwah yang saya
selipin, dengan corak yang lebih nasionalis. Contoh, PV bagi 15 titik:
Ensiklopedi Sedekah. ”Dipaksa” beli dah tuh Ensiklopedi Sedekah, he he.
Supaya pada baca, he he. Yah, dakwah & bisnis, bisa disiasati agar
bisa jalan bersisian. Saling dukung.
Yang ga bener itu, MLM tipu2. Yang money game.
Produk ga jelas. Bagi2 bonusnya dari duit member sendiri. Kalo kawan2 ga
setuju sama MLM, itu bagus. Jadi waspada sama yang abal2. Yang
tipu2.
Tp terhadap spirit MLM, jangan ditutup. Ntar pasar dikuasai
segelintir orang/kelompok saja. Yuk, buka mata. Sempurnakan sistemnya,
dengan niat yang benar.
Tapi bila ada produknya & wajar harganya, tidak ada
penggelembungan, maka itulah hakikat MLM. Bagi2 bonus bagi yang bekerja
aktif.
Lanjut ngaji lagiiii… Salam hormat. Dari yg pengen berpikir positif aja, ga menggeneralisir & menilai dengan arif.
---------------------------------------------------------------------------------